Ekonomi

Produksi Merosot, Harga Minyak Meroket Sepanjang Agustus


Produksi Merosot, Harga Minyak Meroket Sepanjang Agustus / photo: ist
MATATELINGA, Jakarta:   Harga minyak mentah menguat sepanjang Agustus 2018.

Penguatan dipicu oleh proyeksi tejadinya defisit pasokan akibat merosotnya produksi minyak mentah Venezuela dan berkurangnya pengiriman ekspor minyak Iran sebelum sanksi AS terhadap Iran berlaku sepenuhnya pada November 2018 mendatang.

Namun, pada perdagangan di akhir bulan, harga minyak harus tergelincir.

Pelemahan dipicu oleh kekhawatiran baru bahwa perang dagang antara AS dengan China dapat mengurangi permintaan energi.

Meskipun demikian sanksi AS terhadap Iran dan penurunan produksi minyak Venezuela cukup membatasi penurunan harga.

Dilansir dari Reuters, Senin (3/9), harga minyak mentah Brent pada perdagangan Jumat (31/8) lalu merosot US$0,35 secara harian menjadi US$77,42 per barel.

Sementara, harga minyak mentah AS West texas Intermediate (WTI) turun US$0,45 dibandingkan Kamis (30/8) menjadi US$69,8 per barel.

Secara bulanan, harga Brent melonjak 4,3 persen sedangkan harga WTI naik 1,5 persen.

Dalam catatan Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch, harga minyak dunia pada Jumat lalu terlihat melemah mengikuti perkembangan pasar modal di tengah kekhawatiran baru terhadap perang tarif AS-China yang dapat dengan mudah mengalami eskalasi hingga memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak dunia.

Jumat lalu, Indeks Pasar Modal Negara Berkembang MSCI turun untuk hari kedua seiring dirilisnya laporan terkait Presiden AS Donald Trump yang sedang mempersiapkan langkah untuk menghadapi perang dagang dengan China.

Hal itu dapat menekan risiko pasar dan menghapus sejumlah kenaikan harga minyak yang terjadi pekan lalu.

Pada sesi perdagangan sebelumnya, kekhawatiran terhadap pelemahan kurs Argentina juga membebani proyeksi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

Kamis lalu, Trump mengancam bakal keluar dari Organisasi Perdagangan Global (WTO) dan akan mengenakan tarif pada produk impor dari China yang nilainya mencapai US$200 miliar.

Sementara, perusahaan layanan energi Baker Hughes mencatat jumlah rig minyak AS, yang merupakan indikator jumlah produksi di masa mendatang, naik untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir.

Kemudian, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat rata-rata produksi minyak mentah AS mencapai 10,67 juta barel per hari (bph) pada Juni lalu, capaian bulanan tertinggi yang pernah dicatat.

Selain itu, EIA juga mencatat ekspor minyak mentah AS juga meningkat hampir 200 ribu bph menjadi 2,2 juta bph pada Juni lalu.

Capaian itu lebih dari dua kali lipat dari realisasi Juni 2017.

Menurut Direktur Perdagangan Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger, diskon harga minyak mentah AS terhadap Brent, yang telah melebar hampir sepertiga selama bulan lalu, telah mendorong kenaikan ekspor minyak mentah AS.

Selanjutnya, berdasarkan survei Reuters, produksi minyak dari negara-negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik 220 ribu bph pada Agustus lalu.

Di sisi lain, polling analis perminyakan Reuters memangkas proyeksi harga untuk 2018 pada bulan lalu akibat kekhawatiran terhadap perang dagang. Turunnya proyeksi harga terjadi untuk pertama kalinya dalam hampir setahun terakhir.

Survei Reuters terhadap 45 ekonom dan analis memperkirakan rata-rata harga minyak tahun ini akan berada di kisaran US$72,71 per barel, US$0,16 lebih rendah dari proyeksi Juli, US$72,87 per barel, tetapi lebih tinggi dari rata-rata proyeksi yang dibuat sejauh ini, US$71,96 per barel.

Lebih lanjut, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) melaporkan bahwa para spekulator mengerek taruhan pada posisi harga minyak mentah bakal naik (bullish) untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan terakhir.

Penulis
: Fidel W
Editor
: Fidel W
Sumber
: c
Tag:harga minyak mentah menguatMinyak Mentah

Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.