Ekonomi

Rupiah Stabil di Rp 12.000

Administrator
Matatelinga - Jakarta, Mulai stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
membuat Bank Indonesia (BI) tidak perlu menerapkan kebijakan ekstra
ketat lagi. Oleh karena itu, suku bunga Bank Sentral tersebut akan lebih
baik jika ditahan.


Ekonom asal Universitas Gajah Mada (UGM),
Tony Prasetyantono, menilai BI tidak perlu menaikkan BI rate lagi
seperti yang saat ini tengah dilakukan beberapa negara lain seperti
Turki dan India sebesar 8 persen.


"Kenapa, karena Rupiah sudah
mulai stabil. Kalau sudah stabil ya biarin aja. Karena data perdagangan
kita positif, di November, Desember. Saya yakin ini penyebabnya karena
Rupiah yang melemah," jelas dia di Four Season Hotel, Jakarta, Senin
(3/1/2014).


Lebih lanjut Tony menyampaikan, ada dua hal yang
membantu neraca perdagangan Indonesia tetap berada di titik positif.
Pertama adalah melemahnya Rupiah, sehingga menggenjot ekspor naik dan
menurunkan impor.


"Kedua kenaikan harga BBM ternyata bisa
menurunkan konsumsi BBM yang bersubsidi. Kuota kita tak terlampaui yaitu
50 juta kiloliter. Jadi impor BBM berkurang, jadi situasi sekarang
tidak usah diubah, tapi tetap melakukan swap valas karena masyarakat
sudah sadar Rupiah pada level Rp12.000," jelas dia.


Sebaliknya,
dia khawatir jika nilai tukar rupiah menguat. Hal ini karena, penguatan
nilai rupiah diprediksi akan memperburuk kondisi neraca perdagangan.
"Saya khawatir akan mengganggu neraca perdagangan yang sedang positif.
BI rate jangan dulu dinaikkan karena situasi kita beda dengan India
ataupun Turki," tambahnya.


Tony berharap BI akan menahan BI rate
seperti kondisi saat ini. Kecuali jika sewaktu-waktu muncul keadaan yang
membuat kondisi Rupiah. "Kecuali kondisi rupiah tiba-tiba Rp12.500 atau
Rp13.000. Saat ini kita menikmati," tutupnya.




(Okc/KNIA)

Tag:KPKkorupsi

Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.