Internasional

Tangisan Suh-hoon DI Momen Deklarasi Panmunjom


Suh-hoon mengusap air matanya saat Deklarasi Panmunjom disepakati pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in. Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters
MATATELINGA, Korea Selatan: Suh-hoon tak kuasa menahan air matanya setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengumumkan kesepakatan bersejarah yang bakal mengakhiri Perang Korea, Deklarasi Panmunjom, Jumat (27/4). Hasil kerja kerasnya selama dua dekade telah berbuah nyata. Setidaknya untuk langkah pertama.

Hampir 18 tahun lalu Suh Hoon, pejabat intelijen Korsel, melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk pertama kalinya. Kala itu, misinya adalah membujuk Kim Jong-il pemimpin Korut kala itu agar mau bertemu Presiden Kim Dae-jung. Ayah Kim Jong-un itu akhirnya setuju, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Inter-Korea untuk pertama kalinya sejak Perang Korea itu pun digelar di Pyongyang, 13 Juni 15 Juni 2000.

Kini, dia menyaksikan putra Kim Jong-il, menjanjikan perdamaian di Semenanjung Korea. Pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in di Desa Gencatan Senjata atau Desa Perdamaian, Pamunjom menggoreskan sejarah lainnya. Untuk pertama kalinya, pemimpin Korea Utara menginjakkan kaki di Korea Selatan, sejak Perang Korea yang membelah wilayah itu dan membiarkannya dalam kondisi konflik selama lebih dari 70 tahun terakhir.

Bahkan, Kim Jong-un pun berkomentar, "ternyata mudah ya, mengapa perlu waktu 11 tahun untuk melakukannya.' lalu mengajak Moon Jae-in melakukan hal yang sama, menjejakkan kaki pertama kali di tanah Korea Utara.

Pertemuan bersejarah antar-Korea itu terjadi kurang dari setahun setelah Moon terpilih dengan platform dan janji kampanye untuk berdamai dengan tetangganya itu. Dia langsung menunjuk Suh sebagai Kepala Badan Intelijen Nasional. Moon, yang juga anak bekas pengungsi Korea Utara, sangat yakin bahwa Suh adalah orang yang paling tepat untuk menghidupkan kembali hubungan kedua Korea. Yang memanas akibat uji coba roket dan rudal serta seruan-seruan permusuhan baik dari Kim Jong-un, maupun Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Cermat dan sangat hati-hati melangkah, Suh pun tak mau gegabah. Kepada awak media seusai kabar pengangkatannya tersiar, Suh menyatakan terlalu dini untuk bicara soal KTT Inter-Korea ketiga. "Tapi kita memerlukannya," kata Suh yang sempat mengundurkan diri dari badan intelijen itu pada 2008.

Suh, yang secara pribadi telah mengatur dua KTT Inter-Korea yakni pada 2000 dan 2007 dianggap sebagai pakar Korea Utara terpenting di Seoul. Dia terkenal sebagai pejabat Korea Selatan yang paling sering bertemu dengan ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il.

Lee Jong-seok, mantan menteri unifikasi berkunjung ke Pyongyang bersama Suh pada 2003, sebagai utusan khusus Presiden Roh Moo-hyun, menyebut Suh sebagai 'negosiator nomor satu' soal Korea Utara dalam memoar yang ditulisnya pada 2014.

Suh, 64 tahun, pernah tinggal di Korea Utara selama dua tahun di akhir 1990-an. Dia juga terlibat dalam rencana pembangunan reaktor nuklir sebagai bagian dari kesepakatan internasional padad 1994 untuk membekukan program nuklir Korea Utara. Kesepakatan itu akhirnya gagal.

"Dia sudah tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Moon memberikan arahan politik yang jelas," kata John Delury, pakar Korea Utara di Yonsei University, Seoul, seperti dilansir Reuters.

Meski Istana Kepresidenan Cheong Wa Dae tidak mau berkomentar soal peran Suh dalam pertemuan bersejarah Kim Jong-un dan Moon Jae-in, demikian pula badan intelijen nasional juga tidak dapat dimintai komentarnya, kiprah Kepala Intelijen Nasional Korsel itu tercatat sejak awal.

Pada Maret lalu, dia ikut dalam delegasi yang menemui Kim Jong-un di Pyongyang. Para pejabat Korea Selatan pertama yang bertemu pemimpin Korea Utara itu sejak dia mewarisi kekuasaan dari sang ayah yang meninggal dunia pada 2011.

Saat itu, Kim Jong-un tak hanya mengiyakan tawaran untuk bertemu Moon Jae-in. Tapi juga membuat keputusan yang mengejutkan Suh dan segenap delegasi Korsel lainnya, yakni siap berdiskusi tentang perlucutan senjata nuklir atau denuklirisasi dengan Presiden AS Donald Trump pada akhir Mei atau awal Juni.

Suh jugalah yang mengatur perjalanan mitranya, Direktur CIA, badan intelijen AS, Mike Pompeo yang kini resmi menjadi Menteri Luar Negeri, untuk bertemu Kim Jong-un pada 31 Maret hingga 2 April. Para pejabat AS menyebut lawatan itu merupakan persiapan dari KTT AS-Korut, pertemuan Trump-Kim Jong-un. Menurut Trump, Pompeo membangun hubungan yang baik dengan Kim, dan pertemuan mereka berlangsung sangat mulus.

Jaringan yang dimiliki Suh diyakini menjadi faktor keberhasilan pertemuan. Moon Hong-sik, peneliti di Institut Strategi Keamanan Nasional di Seoul mencatat bahwa Suh tak hanya berhubungan baik dengan Pompeo, tapi juga dengan Kim Yong Chol, mantan kepala intelijen militer Korea Utara, yang kini memimpin hubungan antar-Korea.

Suh juga dipilih Moon Jae-in untuk bergabung dalam pertemuan pertamanya dengan adik Kim Jong-un, Kim Yo Jong serta Kim Yong Chol. "Keberadaan Suh di sana, sudah berbicara banyak soal peran penting yang dia mainkan di KTT," kata Seo Yu-suk, peneliti di Institut Kajian Korea Utara di Seoul. (nat)

Penulis
: Fidel W
Editor
: Fidel W
Sumber
: cnn
Tag:deklarasi panmunjomkorea selatankorea Utaraperang nuklirsuh hoon

Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.