Berita Sumut

Dolok Panjaitan : Konsep Wisata Kawasan Danau Toba harus Berbasis Budaya Batak

Faeza
mtc/ist
Dolok M Panjaitan
MATATELINGA, Tobasa: Percepatan wisata Danau Toba menjadi tujuan wisata kelas dunia, telah menyita perhatian banyak pihak. Pasalnya, pengembangan wisata kelas dunia ini turut membawa pencanangan wisata Halal oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.




[adx]



Gagasan tersebut dianggap tidak menghargai apa yang sudah membudaya dalam masyarakat di sekitar Danau Toba tersebut. Terutama ketika menyangkut mengenai penataan dan pemotongan babi. Hal itu pun ditentang ramai-ramai baik warga sekitar Danau Toba itu sendiri maupun yang tinggal di perantauan.


Salah satu yang menentang wacana itu ialah Dolok M Panjaitan. Dolok M Panjaitan yang bermukim di Papua angkat bicara. Menurutnya , kawasan Danau Toba adalah kawasan berbasis budaya yang seharusnya dipertahankan sebagai ciri khas. Konsep wisata kawasan Danau Toba adalah wisata berbasis budaya Batak dan ternak babi itu sebagai simbol adat bagi orang Batak.


"Memang di setiap acara atau kegiatan budaya Batak, daging babi itu justru sering diposisikan di tengah-tengah kumpulan warga yang menyelenggarakan acara tersebut. Dan juga justru ciri khas ini sering dan mesti dipertahankan bahkan dipromosikan sebagai kekayaan kuliner setempat," sebutnya.


Kerukunan di kawasan Danau Toba tidak lepas dari ternak babi sebagai objek penting acara adat Batak. Dalam setiap acara adat, ada tempat maupun hidangan yang khusus untuk mereka yang tidak mengkonsumsi daging babi.




[adx]


Tentu saja siapapun warga batak toba yang sudah sejak kecil mengalami dan menyaksikan budaya batak, tidaklah bisa dilepaskan dari mulai persiapan sampai menyajikan hidangan daging babi di tengah kumpulan warga.


"Saya sebagai warga batak perantauan yang sangat kental dengan dengan tradisi ini, sangat terusik dengan ide atau wacana wisata halal ini jika diterapkan di tanah lelulur saya. Perlu diketahui bahwa warga kawasan Danau Toba tersebut sangat menjunjung Pancasila yang menghargai keberagaman baik dalam suku dan agama,"bebernya. 


"Karena itulah sering kali di pesta batak, demi menghargai yang berbeda, sering kali disediakan hidangan bagi yang tidak makan dan tidak cocok dengan hidangan daging babi yang sebenarnya tidak ada pemaksaan bagi siapapun" ungkapnya lagi melalui pesan panjang.


Menurutnya, pengembangan wisata Danau Toba diharapkan dapat menarik wisatawan dari luar negeri. Namun perlu diperhatikan juga agar hal tersebut jangan mengganggu adat istiadat masyarakat lokal yang menganggap pemotongan hewan adalah halal menurut mereka.




[adx]


"Jadi tradisi lokal, budaya setempat memiliki nilai kearifan yang tinggi. Perlu diingat bahwa mayoritas penduduk setempat adalah Suku Batak dan beragama Kristen dimana hewan seperti babi adalah makanan yang sah untuk dikonsumsi" lanjutnya.


Mengapa gubernur Edy begitu sibuk mengurusi kedatangan wisatawan tanpa memikirkan apa yang telah menjadi kearifan lokal bagi masyarakat setempat. 


"Sebenarnya konsep halal dan haram tidak pernah diatur dalam dasar hukum Indonesia sekalipun yang mana konsep ini jelas sekali malah membunuh apa yang sudah menjadi kearifan lokal Danau Toba,"tukasnya. (mtc/pintor)


Penulis
: pintor maruli
Editor
: faeza
Tag:BpodtblibliDolok M PanjaitanMatatelingamatatelinga.commatatelinga comTerkiniTravelokaWisata Danau TobaDanau toba

Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.