Opini

TMMD Ke-99 Menguak Paradigma Desa Terisolir Di Metropolitan

Administrator
Mtc/ist
BERADA di wilayah Kota Medan. Namun di balik kemegahan kota metropolitan terbesar ketiga se-Indonesia ini tersirat suatu kisah 'terisolir'. Jauh dari pusat Kota dan lebih dekat dengan kabupaten tetangga. Dan adalah Kampung Sentosa, Kecamatan Sicanang Belawan, Kota Medan yang jadi 'proyek' dalam program Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-99 Kodim 0201/BS 2017 ini.

Paradigma 'terisolir' desa di tengah kota itu dilakukan prajurit TNI tanpa pamrih. Dengan tujuan Sicanang Belawan kembali bergeliat dari segala bidang, terutama tingkat kesetaraan ekonomi, sosial serta budaya. Salah satu langkah prajurit 'berjuang' ini dengan membuka jalan baru yang dimulai pada 4 Juli kemarin.



Sebanyak 150 prajurit TNI diterjunkan sebagai bentuk abdi kepada masyarakat. Dua alat berat yakni eskavator membabat pohon nipah yang tumbuh subur di kawasan pesisir terebut. Eskavator yang begitu perkasa merontokkan semak belukar, menggali dan mengorek rawa dengan sebuah garpu raksasa. Tanah hasil korekan ditimbun pada jalur yang sudah ditentukan.

Timbunan tanah itu diratakan lalu dipadatkan. Setelah tanah mengering, dua truk secara bergantian bolak-balik mencurahkan batu pecah untuk memadatkan badan jalan yang sebelumnya rawa. Suara mesin eskavator terus bergemuruh. Namun prajurit terus bekerja. Di titik lain, sebagian prajurit mengecat masjid. Lainnya membangun tanggul dan merehab sekolah dasar. Para tentara ini baru berhenti saat senja menjelang. Itulah penampakan yang terjadi setiap hari di Sicanang pada Juli lalu.

Sebulan penuh tentara itu bekerja ekstra menimbun rawa guna membuka akses jalan baru. Jalan ini kelak akan menghubungkan dua kecamatan yakni Marelan dan Sicanang. Pekerjaan proyek jalan ini ditargetkan sepanjang 500 meter dengan lebar 5 meter. Proyek sebelumnya, sudah rampung yakni semenisasi jalan 120 meter dengan kualitas bagus. Akses jalan baru ini sesungguhnya melanjutkan proyek sebelumnya.

Letkol Infantri Edison S. Sinabutar selaku pengawasan anak buahnya bekerja di lokasi Sicanang, dari pagi hingga sorenya. Proses mengorek rawa dan menimbunnya mengandalkan tiga unit eskavator yang dipinjamkan oleh Pemko Medan. Sayang satu unit mendadak mogok sehingga terpaksa hanya memberdayakan dua eskavator yang tersedia. Setelah tanah mulai meninggi dan mengering, kemudian eskavator menggilasnya bolak-balak layaknya setrika supaya tanah memadat dan mengeras. Tanah itu ditimbun lagi dengan batu pecah dengan jumlah berkubik-kubik.

"Kalau untuk pembukaan jalan baru ini, kami membutuhkan 1.300 meter kubik batu pecah. Batunya dipasok oleh Pemko Medan," beber Letkol Edison.

Truk pengangkut batu pecah bolak-balik menimbun gundukan tersebut lalu diratakan lagi oleh eskavator. Beberapa kali roda belakang truk pengangkut pasir terjerembab karena masih ada bagian tanah yang belum padat. Eskavator cepat membereskannya. Pengerjaan ini dilakukan setiap hari mulai dari pukul 9 pagi sampai 5 sore. Tim dibagi dua shift untuk menggenjot pengerjaan yang ditarget tuntas dalam sebulan.

Pembangunan seluruh proyek TMMD ini, terang Letkol Edison, menelan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar dari Pemko Medan untuk pembangunan infrastruktur dan Rp 2,5 miliar dari Markas Besar TNI untuk membiayai kebutuhan konsumsi dan bahan bakar para prajurit di lapangan. Dana Rp 3,5 miliar itu tidak hanya digunakan untuk pembukaan akses jalan baru. Tetapi dana itu juga dimanfaatkan untuk lima proyek lainnya yakni pembangunan jembatan (sepanjang 14 meter x 4 meter), pembangunan tanggul, perehaban Masjik Jamik dan Masjid Taqwa serta perenovasian gedung SD Negeri 065010.

Proyek ini relevan mengingat kondisi daerah Sicanang yang tertinggal dan memprihatinkan. "Karena itulah kami memprioritaskan memilih daerah yang terbelakang, baik dari bidang ekonomi maupun sulitnya akses jalan," timpal Komandan Rayon Militer Medan Timur Kapten Azwar.



Azwar bertugas khusus mengawasi proyek pembangunan jalan baru. Ia mengerahkan pasukannya agar target tercapai. Ia memecah timnya menjadi beberapa kelompok. "Tugas kami bukan sekedar membangun jalan. Tapi menyatu dengan warga," timpalnya.

Ia mengatakan, pembangunan fisik sepasti pembukaan akses jalan baru sudah mereka riset lebih dahulu. Akses jalan baru telah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Sebab, selama ini, warga setempat harus menempuh jalan yang jauh, rute memutar dan memakan banyak waktu. Hal itu memperlambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Termasuk sulitnya anak-anak nelayan dan petambak udang melanjutkan sekolah ke jenjang menengah pertama dan menengah atas, karena jaraknya yang jauh dari kota dan ketiadaan transportasi umum.

Tim dipecah agar bisa menyatu dengan warga. Strategi ini dipilih demi membangunkan kembali ikatan kekeluargaan dan semangat gotong-royong yang sempat redup. "TMMD itu kan bukan di tempatkan terpisah dari masyarakat. Tapi bergabung dan berbaur dengan masyarakat. Karena tentara bagian dari rakyat," terang Kapten Azwar.

Berbaur

Para prajurit ditugaskan berbaur dan menyatu dengan warga setempat. Pola penyebarannya, satu rumah bisa menampung tiga sampai lima orang prajurit. Para prajurit bersilaturahim dengan penduduk. Mereka menyerahkan uang makannya kepada warga yang menampung mereka. Terserah pemilik rumah mau menyediakan menu apa.

"Kami harapkan prajurit ini punya keluarga baru. Punya induk semangnya meski program ini kelak berakhir, tetapi para prajurit tetap menjalin silaturahim dengan warga yang dulu jadi induk semangnya. Syukurnya, para prajurit ini diterima dengan baik oleh warga setempat," kata Letkol Sinabutar.

Para prajurit mudah diterima masyarakat karena program TMMD ini telah jauh hari disosialisasikan. Sosialiasinya melalui rembuk antara Babinsa, lurah dan camat setempat. Warga antusias dan mendukung program TMMD. "Bagi kami, pembangunan jalan ini sangat menguntungkan. Karena di ujung jalan ini, sebentar lagi sudah ketemu kampung terjun Marelan," cetus Ramsah.



Ramsah merupakan seorang pekerja tambak udang. Ia sudah tinggal di kampung tersebut sejak 1981 namun belum punya tambak sendiri sampai sekarang. Kala itu ia masih lajang. Ia berangkat ke Sicanang karena bekerja sebagai buruh bangunan. "Saat itu, semua masih rimba. Semak belukar. Akses ke sini masih jalan setapak. Sekarang sudah lebar," katanya mengisahkan.

Ayah enam anak ini sebenarnya kaum migran. Ia hijrah dari kampungnya di Kuta Datar, Deliserdang. Semenjak menikahi perempuan penduduk Sicanang, ia tinggal dan menetap di sana. Ia dikaruniai dua cucu. Saat pertama kali melihat Sicanang, ia merasa seperti terjebak di belantara semak belukar dan hanya ada satu jalan setapak. Tambak udang belum ada. "Tambak-tambak udang baru satu-satu. Baru tahun '95 penduduk mulai merambah tambak. Sekarang tambak udang sudah ratusan. Dan menjadi satu-satunya mata pencarian penduduk setempat," urainya.

Namun setelah tahun tindih-menindih, akses jalan mulai dibuka. Tentara yang masuk pada tahun 80-an dan 90-an telah membantu pembukaan akses jalan baru. Dan kini, akses jalan ke kecamatan lain mulai rampung. Mereka akan lebih dekat mengakses ke Kecamatan Marelan, karena jalan yang dibuka berbentuk garis lurus. "Kalau dulu kan memutar. Banyak biaya. Sekarang sudah lempang saja. Lebih hemat waktu," pungkas Ramsah.

Semenjak proyek TMMD pertama, kendaraan (sepasti angkutan umum) sudah bisa masuk. Namun hambatannya masih saja ada. Kalau keluar dari Sicanang menuju kota Medan, di beberapa persimpangan, masih jamak ditemukan sejumlah preman setempat. Mereka kerap mencegat dan memeras. Belum lagi, rute itu masih sering langganan banjir rob (air laut pasang). "Akses jalan baru ini menjadi satu pilihan bagi kami," tambah Ramsah.

Ismaliyah (32), juga warga setempat juga menuturkan kebahagiannya dengan rencana akses jalan baru itu. "Saya berterima kasih ke Pemko dan TNI. Saya yakin, kalau jalan itu sudah benar-benar terhubung, penduduk di sini akan terbantu jualan udang," ungkap ibu satu anak itu.

Ismaliyah mengungkapkan, ia dan suaminya sudah lima tahun tinggal di desa tersebut. Sebelumnya, mereka berdomisili di Lorong Belawan Lama. Karena ingin hidup mandiri sebagai keluarga baru, mereka memilih mencari pemukiman baru. Akhirnya mereka pindah ke arah pedalaman Sicanang.

"Dari dulu kami kesusahan kalau mau ke Belawan. Kalau belanja ke pasar juga jauh sekali. Angkot tak ada yang mau masuk selain karena jaraknya jauh, juga kondisi jalan parah. Dulu jalan sini nggak ada bagusnya. Hancur, berbatu-batu dan berlumpur. Dibangunnya jalan begini, ya, kami senang kali," pujinya.



Pembukaan jalan baru ini juga diapresiasi Camat Medan Belawan, Ahmad. Jalan dan jembatan itu, menurutnya akan memperlancar akses serta menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Karena itu, setiap hari selama pelaksanaan program TMMD, ia mendorong partisipasi masyarakatnya. "Prospek ke depan dari hasil TMMD ini, tentu Kelurahan Sicanang dan sekitarnya akan berkembang. Apalagi masyarakat di sini umumnya petambak, pasti ke depannya merasakan dampak positifnya," bebernya.

Tak hanya bagi masyarakat Sicanang, pihak Kepolisian Resort Pelabuhan Belawan juga turut kecipratan rejeki. Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Yemi Mandagi mengatakan, TMMD merupakan wujud kebersamaan dan jalinan erat tali silaturahmi antara tentara, polisi, masyarakat dan elemen lainnya. Pembangunan fisik yang dilakukan Satgas TMMD Kodim 0201/BS di kawasan Sicanang akan membantu percepatan pembangunan khususnya di wilayah Medan Utara.

"Sarana jalan yang tadinya sulit dilalui, kini TMMD telah membukanya. Sehingga memudahkan transportasi dari satu desa ke desa terpencil lainnya. Ini membantu kerja kami, pihak kepolisian apabila terjadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat," ujarnya.

Walikota Medan Dzulmi Eldin berharap di masa mendatang kerjasama yang telah terjalin cukup erat antara TNI dengan seluruh elemen masyarakat akan makin ditingkatkan secara lebih intensif lagi, agar keberadaan TNI di tengah masyarakat semakin dirindukan. "Kami berharap kegiatan ini akan mampu menguatkan lagi rajutan tenun kebangsaan kita demi kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.

Ketua Tim Pengawasan dan Evaluasi TMMD, Mayjend Sumedy mengatakan agenda TMMD ini akan terus berlangsung. Dengan melirik desa atau kawasan lain yang dikategorikan tertinggal. Sehingga banyak bermunculan kaum migrasi dan mampu menampun kaum urban di Indonesia. "Kalau dulu ABRI masuk desa sekali setahun, sekarang TMMD tiga kali setahun," terangnya.

Panglima Komando Daerah Militer I Bukit Barisan, Mayjen Cucu Somantri memuji Kodim O201/BS karena melalui program TMMD ini, prajurit TNI sukses berbaur dengan masyarakat sekaligus mengembalikan semangat gotong-royong. "Gotong royong salah satu budaya kita yang harus dibangkitkan kembali," ucapnya.

Kini, target sebulan pelaksanaan TMMD di Kelurahan Sicanang telah berakhir. Akses jalan sudah dibuka. Kawasan di sana pun mulai bersih. Sumber air bersih pun telah tersedia berkat dibangunnya empat sumur bor. Sekolah dasar dan dua masjid sudah beres direhab. Masyarakat sekitar pun tinggal menikmati dan merawatnya.



Cucu Somantri berharap, hasil program TMMD dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam pembangunan maupun peningkatan kesejahteraan ekonomi. "Jadi, jagalah hasil program TMMD yang telah diwujudkan melalui berbagai pembangunan fisik," akunya.

NB: Naskah ini diikutsertakan dalam lomba penulisan HUT Kodam 0201/BS

Penulis
: Amrizal
Tag:Kodim 0201/BSKodim 0201 BSTMMDke-99ke 99Opini

Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.